Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Amma ba’du:
Saudariku, semoga Allah selalu merahmatimu. Ketahuilah! Sesungguhnya Allah telah menganugerahkan kepadamu nikmat islam. Ini adalah nikmat yang tidak bisa dibandingkan dan dihargai dengan nikmat apa pun. Sebab barangsiapa diharamkan dari nikmat ini, maka telah diharamkan dari kebaikan dunia dan Akhirat. Karena tiada kebahagiaan hakiki bagi seorang pun tanpa nikmat Islam.
Termasuk perkara yang tidak diragukan, makna Islam adalah menyerah dan tunduk secara sempurna kepada perintah-perintah Allah dan syariatNya. Karena itu di antara sifat kaum mukminin yang disebutkan Allah sesungguhnya mereka adalah yang seperti termaktub dalam ayat berikut:
{إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ} [النور: 51]
“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan RasulNya agar Rasul memberi keputusan hukum di antara mereka ialah ucapan: ‘Kami mendengar, dan Kami patuh’. Mereka Itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. An-Nuur: 51)
Karenanya para sahabat berlomba segera memenuhi perintah Allah dan perintah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pada banyak peristiwa dan kisah, yang semuanya tertulis dengan indah dalam kitab-kitab sunnah dan sirah.
Saudariku! Semoga Allah senantiasa menjagamu. Di antara tuntutan iman kepada Allah adalah ridha terhadap qadha’ dan qadar Allah. Ketahuilah! Apa pun yang menimpa dirimu, itu bukan karena kebetulan, dan apa pun yang tidak ditakdirkan menimpamu maka tidak akan menimpamu.
Jika anda sudah mengetahui hal ini, maka yang wajib adalah menerima dengan lapang dada setiap qadha’ dan qadar Allah pada setiap perkara yang menimpa diri anda meski itu tidak sesuai dengan keinginan hati. Selama sang suami melakukan perkara yang disyariatkan Allah dalam kitabNya dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam sunnahnya. Dan tidak menyalahi keduanya.
Saudariku! Saya berpesan kepada anda agar bersabar sebaik mungkin. Karena Allah tidak pernah memberikan pahala tanpa batas untuk amalan apa pun selain kesabaran. Allah berfirman:
قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ ﴿١٠﴾
Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”(QS. Az-Zumar: 10)
Maka berbahagialah kalian semua yang senantiasa bersabar, karena Allah senantiasa bersama orang-orang yang sabar. Dia berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ ﴿١٥٣﴾
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)
Betapa indah kesabaran itu dan betapa besar pahalanya. Ketahuilah! Wanita yang berbahagia adalah yang diberi taufiq oleh Allah menuju kesabaran ini. Sebab dengan kesabaran itu Allah mencatat baginya pahala yang melimpah dan tanpa batas. Sehingga hal itu menjadi faktor terbesar untuk kebahagiaan keluarga. Di samping juga membuat keharmonisan, jalinan cinta kasih, dan sayang menjadi langgeng.
Wahai saudariku! Jangan sampai Setan mempermainkan akal kita. Sehingga kemurkaan kita terbatas pada urusan suami. Padahal ia mempunyai hak sangat besar atas kita. Sebagaimana disebutkan dalam banyak Hadis yang sahih. Di antaranya:
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
إِذَا صَلَّتْ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ [رواه أحمد وابن حبان والطبراني]
“Jika wanita mengerjakan shalat lima waktu, berpuasa bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya, dan mentaati suaminya, dikatakan padanya: Masuklah engkau ke dalam Surga melalui pintu manapun yang engkau kehendaki.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban, dan Ath-Thabrani)
Ketika wanita mentaati Rabbnya dan menunaikan hak suaminya, maka ini menjadi penyebab langgengnya rasa cinta dan kasih sayang di antara keduanya. Adapun jika wanita melakukan kelalaian pada hak suami, maka sudah barang tentu ini menjadi sebab terbesar terjadinya perkara yang tidak terpuji kesudahannya.
Adapun urusan anda bersama keluarga secara khusus wahai saudariku, maka saya berharap semoga hal itu tidak menjadi runyam karena perkara yang datang dari anda. Justru jadikan mereka menerima hal ini dengan kesiapan anda dan kelapangan dada anda. Tentunya ini, jika terjadi suatu hal yang tidak diinginkan dari mereka.
Dan saya berpesan kepada anda wahai saudariku! Jangan dengarkan siapa pun yang malah memperuncing jalinan cinta kasih antara anda dengan suami anda, dengan mengatakan: “Kamu wanita yang pengecut! Bagaimana ia berani menikahi wanita lain?” atau perkataan semacamnya.
Kami katakan: Justru anda adalah wanita yang memiliki banyak sifat mulia. Malah kami berharap anda jauh lebih baik dari apa yang kami kenal.
Ketahuilah! Menikahnya suami dengan wanita lain, tidak mengharuskan ada kekurangan atau kelalaian pada istri pertama. Inilah yang ditetapkan syariat. Jika perkaranya seperti ini, maka yang wajib bagi setiap muslimah, hendaknya memberi nasihat kepada saudarinya untuk bersabar dan menunaikan hak Rabbnya. Juga tanpa mengurangi hak suami. Hendaknya saudarinya itu terus berbuat baik kepada suami dan memperbagus hubungan dengan suaminya.
Demikian itu karena seorang muslim harus menjadi seorang yang shalih dan mushlih. Di samping ia baik, juga harus memperbaiki orang lain. Seorang muslim dituntut menjadi salah satu kunci kebaikan dan pemersatu di antara suami istri. Bukan menjadi salah satu kunci keburukan, yang meretakkan bahkan menceraikan hubungan di antara suami istri.
Karena itu jika suami anda menikah dengan wanita lain, hendaknya anda menjadi lebih baik dari sebelumnya. Minimalnya jangan sampai sikap anda kepada suami ketika memenuhi haknya, menjadi kurang dari sebelumnya.
Inilah yang mampu kami tulis saat ini, dan yang terlintas dalam fikiran kami. Kami tidak menghendaki selain perbaikan, dan tiada taufik untuk kami kecuali dari Allah ta’ala.
Hanya kepada Allah kami memohon semoga Dia melanggengkan kebahagiaan dan cinta kasih di antara kalian wahai suami istri. Semoga Allah memberkati hidup kalian. Dan melanggengkannya dalam keharmonisan dan kecintaan. Sesungguhnya Allah Maha mendengar dan Maha mengabulkan.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Saudara kalian:
Dr. Ashim Al-Qaryuti
http://osamapress.blogspot.com/2010/04/blog-post_19.html