Kita banyak menjumpai para pembesar sahabat menikah dengan ahlul bait (keluarga) Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan sebaliknya juga demikian. Terutama Abu Bakr dan Umar.
Ini perkara yang sudah disepakati bersama kebenarannya di antara ahli sejarah baik kalangan Sunni maupun Syiah.
Lihat saja, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam:
– Beliau menikah dengan Aisyah putri Abu Bakr radhiyallahu anhu.
– Beliau menikah dengan Hafshah putri Umar radhiyallahu anhu.
– Beliau menikahkan kedua putrinya (Ruqayyah dan Ummu Kultsum) dengan Khulafa’ rasyidin ketiga, sang dermawan dan pemalu, yaitu Utsman bin Affan radhiyallahu anhu. Karena itu dijuluki Dzin Nuurain, yang mempunyai dua cahaya.
– Kemudian putra Utsman yang bernama Aban bin Utsman, menikah dengan Ummu Kultsum binti Abdillah bin Ja’far bin Abi Thalib.
– Marwan bin Aban bin Utsman, menikah dengan Ummul Qasim binti Hasan bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib.
– Kemudian Zaid bin Amru bin Utsman, menikah dengan Sakinah binti Husain.
– Abdullah bin Amru bin Utsman bin Affan, menikah dengan Fatimah binti Husain bin Ali.
Di sini kami cukup menjelaskan tiga Khulafa’ Rasyidin tanpa sahabat-sahabat lainnya, meski mereka juga menikah dan menjadi ipar ahlul bait, tujuannya agar semuanya tahu bahwa ahlul bait (keluarga Nabi) sangat mencintai mereka. Karena itu terjadilah proses pernikahan dan per-iparan ini.
Kita juga mendapati ahlul bait memberi nama putra-putra mereka dengan nama para sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam, sebagaimana hal itu disepakati bersama oleh ahli sejarah baik kalangan sunni maupun syiah.
Lihatlah kepada Ali bin Abi Thalib, sebagaimana disebutkan dalam sumber-sumber syiah, dia memberi nama salah satu putranya dari istrinya yang bernama Laila binti Mas’ud Al-Handzaliyah dengan nama Abu Bakr. Juga perlu diketahui, Ali radhiyallahu anhu adalah orang pertama dari bani Hasyim yang memberi nama putranya dengan “Abu Bakr”.
Demikian pula Hasan bin Ali, ia memberi nama putra-putranya dengan Abu Bakr, Abdurrahman, Thalhah, dan Ubaidullah.
Demikian pula Hasan bin Hasan bin Ali.
Bahkan Musa Al-Kadzim juga memberi nama putrinya dengan Aisyah.
Bahkan di antara Ahlul bait ada yang dipanggil dengan Abu Bakr, bukan dengan nama aslinya, seperti Zainul Abidin bin Ali, dan Ali bin Musa Ar-Ridha.
Adapun dari kalangan Ahlul bait yang memberi nama putranya dengan “Umar” di antaranya adalah Ali radhiyallahu anhu. Dia memberi nama putranya dengan Umar Al-Akbar. Ibunya adalah Ummu Habib binti Rabi’ah. Umar ini terbunuh bersama saudaranya, “Husain”. Semoga Allah meridhai mereka semuanya.
Putra lain dari Ali bin Abi Thalib diberi nama Umar Al-Ashghar, dari ibu bernama Shahba’ At-Taghlibiyah. Umar yang kedua ini diberi panjang umur setelah saudara-saudaranya, makanya dia mewarisi mereka.
Demikian halnya dengan Hasan bin Ali, ia memberi nama putranya dengan Abu Bakr dan Umar.
Seperti itu pula Ali bin Husain bin Ali.
Juga Ali Zainul Abidin.
Juga Musa Al-Kadzim.
Juga Husain bin Zaid bin Ali.
Juga Ishaq bin Hasan bin Ali bin Husain.
Juga Hasan bin Ali bin Hasan bin Husain bin Hasan.
Dan yang lain masih banyak lagi. Kami cukup menyebutkan ahlul bait yang terdahulu saja, karena takut kepanjangan.
Adapun yang memberi nama putrinya dengan Aisyah, mereka adalah Musa Al-Kadzim, dan Ali Al-Hadi.
Dan sekali lagi, kami cukup menyebutkan Asy-Syaikhan (Abu Bakr dan Umar), serta Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu anha, agar kaum syiah tahu betapa ahlul bait sangat mencintai mereka.