Disebutkan dalam Hadis Jibril alaihissalam. Dia bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam: “Beritahukan kepadaku apa itu ihsan?” Nabi shallallahu alaihi wasallam menjawab:
أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
“Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan engkau melihatNya. Jika tidak melihatNya maka yakinlah bahwa Allah melihatmu.”
Syaikh Abdurrahman bin Muhammad bin Qasim rahimahullah berkata tentang Hadis ini:
Potongan Hadis ini merupakan dasar yang agung dalam agama Islam. Juga satu kaidah ilmu yang merupakan jawami’ al-kalim yang diberikan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Ihsan dalam ibadah adalah ikhlas, khusyu’, mengkonsentrasikan fikiran saat mengerjakan ibadah, dan senantiasa merasa diawasi Allah ta’ala.
Kemudian ihsan ini menurut beliau mempunyai dua tingkatan:
Yang pertama dan paling tinggi adalah: Rasa menyaksikan kebenaran sangat mendominasi pada kalbu hamba. Hingga seakan melihat Allah secara langsung.
Kedua: memiliki perasaan bahwa Allah senantiasa mengawasi dan melihatnya pada setiap apa yang diperbuat.
Dua kondisi ini membuahkan ma’rifatullah dan takut kepadaNya.
Lihat: Hasyiah Tsalatsah Al-Ushul, hlm. 96-97